KOMPAS.com - Fish spa atau terapi gigitan ikan, diyakini bisa menghilangkan sel kulit mati dan menghaluskan kulit.
Sejak terapi ini dikenal masyarakat, para ahli sebenarnya sudah memperingatkan adanya risiko penyebaran penyakit.
Bukan lagi teori atau asumsi, hal tersebut benar dialami seorang perempuan berumur 20 tahunan asal New York. Setelah melakukan terapi ikan, ia mengaku bentuk kukunya jadi aneh.
Dalam laporan kasus yang terbit di jurnal JAMA Dermatology, Selasa (3/7/2018), kuku kaki perempuan ini seperti terbelah, di mana bagian bawah kuku terpisah dari bagian atasnya. Anehnya, ia sama sekali tidak merasa sakit.
Baca juga: Mengapa Fish Spa Dilarang di Amerika Serikat?
Dalam laporannya, ia mengaku tidak mengalami cedera kuku atau riwayat keluarga yang memiliki gangguan kuku. Ia melaporkan, sebelum masalah kuku muncul, dirinya sempat melakukan fish spa.
Dari kondisi tersebut, dokter mendiagnosis perempuan itu mengalami onikomadesis, yakni suatu kondisi di mana kuku terpisah dari matriks kuku atau jaringan di bawah kuku yang berfungsi menumbuhkan kuku.
Menurut American Academy of Dermatology (AAD), onikomadesis muncul karena sesuatu yang menyebabkan kuku berhenti tumbuh sementara waktu.
Pada akhirnya, pasien onikomadesis akan memiliki kuku yang cepat patah.
Kabar baiknya, onikomadesis tidak permanen. Dalam laporan di jurnal Cutis edisi 2017, pertumbuhan kuku dapat kembali setelah 12 minggu.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan onikomadesis, termasuk infeksi, gangguan autoimun, obat-obatan, keturunan, dan faktor terbaru karena terapi ikan.
Baca juga: Peringatkan Saingan, Warna Mata Ikan Guppy Berubah Saat Marah
Selama terapi ikan, kaki akan dibenamkan dalam sebuah bak bersama air dan ikan air tawar kecil bernama Garra rufa. Ikan tersebut akan menggigit kaki dan memakan sel kulit yang mati.
Di habitat aslinya, ikan asal Timur Tengah memakan plankton.
Menurut laporan kasus ini, popularitas terapi ikan memuncak sejak satu dekade terakhir.
Sebelumnya para ahli telah memperingatkan, terapi ikan dapat menyebarkan penyakit dan infeksi.
Alasannya beragam, bisa karena bak yang tidak dibersihkan dengan baik atau ikan yang sama digunakan untuk pelanggan berbeda.
Menurut CDC, hal itu sangat mungkin untuk menyebarkan infeksi.
Bukti ilmiah
Berkat beberapa penelitian, praktik fish spa dilarang di AS.
Dalam temuan ilmuwan Inggris yang terbit di jurnal CDC Emerging Infectious Diseases pada 2012, diketahui ikan Garra rufa membawa sejumlah bakteri yang berpotensi berbahaya.
Seperti Vibrio vulnificus yang bisa menyebabkan infeksi kulit dan Streotococcus agalactiae yang dapat menyebabkan infeksi pada jaringan lunak.
Selain itu, ilmuwan Italia juga pernah melaporkan kasus infeksi kaki karena bakteri Staphylococcus aureus karena terapi ikan di tahun 2014.
Baca juga: Nelayan di China Tangkap Ikan Berkepala Burung, Apa Itu?
Dalam kasus terbaru ini, belum diketahui bagaimana fish spa dapat menyebabkan onikomadesis. Ahli menduga, hal itu karena kuku mengalami trauma karena ikan menggigitinya sehingga membuat kuku berhenti tumbuh.
"Kasus ini menyoroti pentingnya masalah kulit dan kuku terkait fish spa dan kebutuhan dermatologis untuk mengedukasi pasien terkait efek buruk ini," tulis laporan itu seperti dilansir Live Science, Selasa (3/7/2018).
Baca Di sini Bro https://sains.kompas.com/read/2018/07/04/200300623/lagi-perempuan-new-york-alami-masalah-kuku-setelah-lakukan-fish-spa-
No comments:
Post a Comment