Friday, November 23, 2018

Belajar dari Peristiwa Keracunan di Maratua, Ini Jenis Kerang yang Sebaiknya Dihindari

Belajar dari Peristiwa Keracunan di Maratua, Ini Jenis Kerang yang Sebaiknya Dihindari

TRIBUNKALTIM.CO – Kasus tujuh warga Pulau Maratua yang dilarikan ke Pusekesmas karena diduga keracunan setelah mengonsumsi kerang, menjadi perhatian Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Berau.

Terlebih dari, dari tujuh orang tersebut, salah satunya meninggal dunia.

Wakil Ketua IDI Berau, dr Erva Anggriana mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan, apakah ketujuh orang tersebut benar-benar keracunan kerang atau tidak.

“Sampai saat ini kami belum bisa memastikan, apakah benar itu keracunan (kerang) atau bukan. Karena blm ada laporan ke IDI terkait hal ini,” kata Erva, Jumat (23/11/2018).

Baca: Tujuh Warga Maratua Keracunan Usai Makan Kerang, Satu Orang Meninggal

Namun belajar dari kasus ini, Erva berharap, masyarakat agar lebih selektif dalam memilih makanan terutama jenis kerang.

“Secara garis besar, sebenarnya kerang adalah makananyg bisa dikonsumsi. Hanya ada satu jenis kerang yang harus dihindari masyarakat, yaitu kerang hijau. Kerang hijau ini termasuk organisme laut yang tahan ‘banting” jelasnya.

Kerang merupakan golongan mollusca, yaitu hewan lunak yang diapit cangkang keras dan tidak memiliki organ hati untuk menghancurkan benda asing, termasuk racun yang masuk ke dalam tubuhnya. Akibatnya, semua benda asing ditampung di dalam dagingnya.

“Tahan banting itu maksudnya begini, kerang hijau adalah kerang yang paling tahan terhadap polutan asing. Tidak seperti kerang jenis lain yang nomaden, kerang ini mampu bertahan hidup menetap dan bersifat sebagai filter feeder (penyaring) layaknya sebuah vacuum cleaner. Artinya, kerang ini menyerap tak hanya makan plankton, tapi juga apa saja yang ada di sekitarnya, termasuk logam berat yang berbahaya,” paparnya.

Baca: BREAKING NEWS - 7 Warga Pulau Maratua Diduga Keracunan Kerang, 1 Meninggal Dunia!

Kerang di perairan Indonesia juga sering kali tercemar oleh logam berat seperti merkuri.

“Logam berat ini tak boleh dikonsumsi ibu hamil, karena dapat menyebabkan cacat janin atau penyakit autis pada calon bayi. Sayangnya, untuk mengetahui bahwa kerang itu telah tercemar atau belum itu sulit, karena tidak terdapatnya ciri khusus yang dapat membedakannya,” imbuhnya.

Meski begitu, Erva mengatakan, masyarakat dapat menghindari konsumsi kerang yang telah tercemar merkuri, yaitu dengan tidak membeli kerang yang berasal dari perairan yang mengandung banyak limbah industri, baik limbah cair maupun limbah lainnya.

Menurut penelitian, kerang hijau lebih dikenal sebagai kerang yang bersifat  seperti vacuum cleaner  karena kerang jenis ini menjaring logam seperti timbal, kadmium hingga tembaga.

Baca: Berbobot Sekitar 1 Ton, Warga Masih Kesulitan Buang Bangkai Paus yang Terdampar di Pulau Maratua

“Selain kerang hijau, ada juga kerang darah. Kerang jenis ini lebih parah lagi. Karena hidup di dalam lumpur, kerang darah bahkan dapat memakan sedimen. Bila sering mengonsumsi kerang-kerang yang telah terkontaminasi ini, berangsur-angsur logam-logam berat tersebut akan masuk ke dalam tubuh dan tidak dapat dicerna atau bahkan dikeluarkan, dengan kata lain akan terpendam di dalam tubuh. Logam-logam ini akan menjadi racun di dalam tubuh dan nantinya dapat meningkatkan risiko penyakit mematikan seperti kanker,” tandasnya.

Let's block ads! (Why?)

Baca Di sini Bro http://kaltim.tribunnews.com/2018/11/23/belajar-dari-peristiwa-keracunan-di-maratua-ini-jenis-kerang-yang-sebaiknya-dihindari

No comments:

Post a Comment