Perburuan lumba-lumba di Kota Taiji, Jepang mendapatkan kecaman dari banyak kalangan termasuk para traveler pemerhati lingkungan. Bukan hanya perihal sadis, aktivitas yang berdalih tradisi ini juga memiliki efek samping bagi kesehatan laut.
Lumba-lumba adalah pemakan ikan-ikan pelagis. Jika populasi lumba-lumba menurun secara global tentu akan terjadi kelimpahan populasi ikan-ikan pelagis.
"Dampaknya adalah menurunnya populasi nutrien yang menjadi makanannya. Dan hal ini berdampak negatif terhadap kelompok ikan yang makanannya bergantung pada sediaan nutrien atau plankton," ujar Dharmadi, Badan Riset Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP), Senin (6/2/2019).Dharmadi menambahkan dampak lainnya, kelompok ikan predator menjadi terlalu banyak karena melimpahnya ikan-ikan pelagis. Secara ekosistem tentu akan berpengaruh terhadap keseimbangan populasi biota Laut.
Jika eksploitasi ini terus terjadi, dikuatirkan dapat berdampak pada spesies ikan tertentu yang menjadi booming atau melimpah. Dan hal ini berkaitan juga dengan spesies biota lainnya.
"Meledaknya populasi ikan non ekonomis potong dan secara ekonomi akan menurunkan pendapatan negara," jelas Dharmadi.
Dampak negatif juga diungkapkan oleh Dr Ing Widodo S Pranowo, Ketua Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Pusat Riset Kelautan KKP.
"Dolphin itu habitatnya sepertinya tidak terlalu jauh ke samudera lepas. Dolphin makan ikan-ikan kecil di pesisir. Sementara di perairan pesisir Jepang beberapa lokasi seperti Fukushima dan beberapa perairan pesisir teluknya banyak industri," kata Widodo.
Widodo menjelaskan bahwa mengkonsumsi daging lumba-lumba bukanlah pilihan tepat. Dikhawatirkan kalau limbah-limbah logam berat seperti merkuri terdapat di perairan pesisir. Limbah tersebut akan terakumulasi dalam ikan-ikan kecil yang kemudian dimakan oleh lumba-lumba.
Hal inilah yang memungkinkan adanya akumulasi logam berat di daging lumba-lumba.
"Begitu juga misalkan adanya lepasan senyawa nuklir yang terlepas ke badan air laut pesisir, dari ledakan reaktor Fukushima, maka mungkin saja terakumulasi di daging lumba-lumba," jelas Widodo.
Bila daging lumba-lumba ini dikonsumsi oleh manusia, dalam hal ini penduduk Taiji, maka Departemen kesehatan Jepang seharusnya mengukur dan memantau kandungan logam berat ataupun senyawa nuklir pada tubuh penduduk Taiji. Karena logam berat seperti merkuri memberikan efek yang sangat berbahaya.
"Efeknya mungkin tidak bisa dilihat dalam jangka waktu yang pendek, namun kemungkinan bisa muncul pada jangka waktu yang lama," tutur Widodo. (bnl/fay)
Baca Di sini Bro https://travel.detik.com/travel-news/d-4415422/dampak-negatif-perburuan-kejam-lumba-lumba-bagi-laut
No comments:
Post a Comment