Friday, December 13, 2019

Suu Kyi Desak PBB Setop Kasus Pembantaian Rohingya

Jakarta, CNN Indonesia -- Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi meminta Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) untuk berhenti memperkarakan kasus pembantaian etnis Rohingya.

Suu Kyi kembali membantah tudingan tersebut. Ia mengatakan pengadilan tertinggi PBB seharusnya tidak memiliki yurisdiksi.

"Myanmar meminta pengadilan untuk menghapus kasus itu dari daftar. Pengadilan harus menolak permintaan tindakan sementara yang diajukan oleh Gambia," kata Suu Kyi di depan majelis hakim pada hari ketiga pengadilan, Kamis (12/12).

Dilansir AFP, peraih Nobel Perdamaian 1991 itu mengatakan jika hakim tetap melanjutkan kasus ini bisa merusak proses rekonsiliasi untuk menciptakan persatuan atas perbedaan di Myanmar.

"Mengakhiri konflik internal yang sedang terjadi merupakan hal paling penting bagi Myanmar. Tetapi sama pentingnya untuk menghindari pengunduran diri dari konflik bersaudara di Rakhine utara pada 2016-2017," ujarnya.

Hakim Ketua Abdulqawi Yusuf mengatakan panel 17 hakim akan membuat keputusan dalam waktu dekat terkait kasus pembantaian Rohingya.

[Gambas:Video CNN]

Suu Kyi sebelumnya dalam persidangan yang sama telah membantah tuduhan adanya pembantaian terhadap etnis Rohingya. Kendati demikian, ia mengakui adanya kemungkinan tentara telah menggunakan kekuatan secara berlebihan.

Wanita 74 tahun itu menolak tuduhan Gambia bahwa operasi Militer pada 2017 lalu sebagai upaya memusnahkan Rohingya.

"Sangat disayangkan Gambia telah menempakan di hadapan pengadilan sebuah gambaran yang menyesatkan dan tidak lengkap tentang situasi di negara bagian Rakhine," ucapnya.

Gambia mengadukan Myanmar ke ICJ atas tuduhan melanggar Konvensi Genosida PBB 1948 melalui operasi militer brutal yang menyasar etnis Rohingya di negara bagian Rakhine.

Lebih dari 730 ribu etnis Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh setelah militer melancarkan aksi brutalnya. Penyelidik PBB mengatakan sekitar 10 ribu orang kemungkinan tewas dalam aksi brutal militer Myanmar.

Krisis kemanusiaan etnis Rohingya dipicu oleh operasi militer Myanmar yang ingin meringkus kelompok teroris pelaku penyerangan sejumlah pos keamanan di Rakhine.

Myanmar terus menjadi sorotan setelah krisis kemanusiaan yang menyasar etnis Rohingya dan minoritas Muslim lain di Rakhine kembali memburuk pada pertengahan 2017. (evn)

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment