Saturday, April 7, 2018

Peneliti Ungkap Bahaya Tumpahan Minyak bagi Dua Mamalia Laut Dilindungi

Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Nalendro Priambodo

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Peneliti sekaligus Co-Founder Yayasan Rare Aquatic Spesies of Indonesia (RASI) Daniele Kreb, khawatir tumpahan minyak di Teluk Balikpapan akan merusak biota laut dan rantai makanan di sana.

Terlebih perairan itu jadi habitat dua mamalia laut yang dilindungi, yakni Dugong (Dugong Dugon) dan lumba-lumba atau Pesut Irrawaddy (Orcaella brevirostris).

Kekhawatiran, Daniele makin menguat, selang beberapa hari usai tragedi teluk Balikpapan, ia bersama beberapa peneliti RASI, langsung mengecek sejauh mana tumpahan minyak mentah itu menyebar di Teluk Balikpapan.

Hasilnya cukup mencengangkan, tumpahan minyak, yang salah satunya dipicu pasang surut air laut mencemari Padang lamun di periairan Kariangau.

Lamun, adalah tanaman yang hidup dilaut dan tidak memiliki klorofil. Lamun merupakan kompetitor bagi rumput laut, dan biasanya tumbuh di daerah dekat pantai. Lamun inilah yang menjadi makanan Dugong.

"Kami sudah cek positif terpapar minyak. Itu berarti minyak tidak hanya dipermukaan, tapi menembus kolom air," ujar Daniele dihubungi Sabtu (7/4/2018).

 

Baca juga:

Masih Ingat Arya Permana Si Bocah Obesitas Berbobot 193 Kilogram? Begini Kondisinya Sekarang

Statistik Mentereng, CR7 Sudah Cetak Gol di 45 Kota di Eropa

Tak Ada Uang Kembalian, Driver Ojol Ini Ikhlas Tak Dibayar, Mengapa Berujung Putus Kemitraan?

Jalani Prosesi Wisuda, Polah 2 Wisudawan Ini Malah Mengundang Tawa!

Kalau sudah begini, lanjut peneliti yang sudah puluhan tahun meneliti spesies akuitik langka di teluk Balikpapan ini, mamalia laut yang sering disebut warga lokal dengan sebutan sapi laut ini, bakal mencari lamun di tempat yang lebih jauh, semisal di sebuah pulau dekat Jenebora, Penajam Paser Utara, yang diprediksi bisa terpapar juga.

"Saya rasa mereka tidak mau makan, (lamun yang tercemar minyak), mereka cari makan di tempat lain, mereka akan melewati tempat kotor,"ujarnya.

Lanjut dia, dibutuhkan penelitian dan penanganan cepat untuk mengatasi kerusakan Padang lamun ini, guna menyelamatkan Dugong yang jumlahnya tinggal belasan ekor saja.

"Dogong ini reproduksinya lambat, 7 tahun sekali baru melahirkan, itupun hanya satu ekor (sekali melahirkan,"ujarnya.

Sementara itu, matinya Pesut Irrawaddy (Orcaella brevirostris), sepekan lalu di pantai Balikpapan, yang diduga terpapar tumpahan minyak mentah, bisa jadi pelajaran.

Mamalia laut endemik teluk Balikpapan yang oleh IUCN (The International Union for Conservation of Nature) dikategorikan endangered species ini, populasinya tersisa 60-70 ekor.

Berkaca dari observasi lamgsung cemaran minyak ke biota dan ekosistem teluk, ditambah beberapa jurnal penelitian yang ia baca, Daniela meyakini, minyak dan sisa pembersihan entah itu lewat pembersihan kimia dan alami, sedikit banyak akan mengontaminasi rantai makanan.

Terlebih, paparan minyak, dari laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, telah mencemari 14 ribu hektare manggrove yang jadi tempat perkembangbiakan ikan dan satwa air lainya sebagai penyokong rantai makanan.

"Memang nanti ada natural proses, ada bakteri pengurai di ekosistem, nanti bakteri akan dimakan plankton, plankton dimakan ikan, dan akhirnya semua ekosistem rantai makanan akan terpapar dari kimia dari minyak tadi," katanya.

Hal inilah yang ia khawatirkan akan menurunkan metabolisme dan sistem kekebalan tubuh pesut, karena mengonsumsi ikan yang tercemar.

"Karena mereka top predator, mereka makan apa saja, ikan yang terpapar ya mereka juga makan, mereka tak bisa keluarkan isi perut (tercemar yang mereka makan). Ini yang jadi kekhawatiran, anak mereka juga bisa kena" ujar Daniele.

Kedepannya, ia berharap dan akan terus terlibat mengawal upaya pemulihan ekosistem teluk.

Ia berharap, langkah ada penelitian lanjutan soal dampak cemaran bagi ekosistem dan keberlangsungan populasi yang kini diperkirakan hanya 60-70 ekor ini.

"Mereka lambat reproduksi. Dan ini bencana, bisa akibatkan populasi kolaps," ujarnya. (*)

Let's block ads! (Why?)

Baca Di sini Bro http://kaltim.tribunnews.com/2018/04/07/peneliti-ungkap-bahaya-tumpahan-minyak-bagi-dua-mamalia-laut-dilindungi

No comments:

Post a Comment