"Saya kira itu tindakan wajar dan bijak dari Kementerian Pendidikan Indonesia dan ini bukan sesuatu yang baru karena di negara-negara maju sudah lama dilaksanakan, demikian pula di Malaysia dan Singapura," ujar Mazlee ketika diwawancara CNNIndonesia.com di Putrajaya, Malaysia, Jumat pekan lalu.
"Seorang pelajar itu harus menargetkan kariernya untuk lulus bukan hanya dilihat dari ujiannya semata-mata. Namun juga pencapaian kemahiran aktivitas dan juga ruang kreativitas serta inovasi," ujar Maszlee.
Untuk mendukung hal itu, Maszlee menyatakan sudah merombak sistem ujian akhir pada tingkat sekolah dasar. Setiap sekolah dan guru, kata dia, wajib memberikan evaluasi terintegrasi kepada setiap murid mulai dari kemampuan kognitif, afektif, konatif dan psikomotorik.
Nantinya hasil evaluasi itu akan memperlihatkan bakat sang anak. Dia berharap pendidik dan orang tua bijak dalam mengembangkan anak masing-masing berdasarkan hasil ujian tersebut.
"Ini yang berlaku di negara-negara maju. Jadi pada peringkat tiga tahun di awal kita tumpukan pada membaca. Malah dalam sekolah-sekolah Malaysia kita adakan sudut-sudut pidato di mana setiap murid akan dinilai kemahirannya berpidato," ucap Maszlee.
Menteri Pendidikan Malaysia, Maszlee bin Malik. (CNN Indonesia/Aryo Putranto Saptohutomo)
|
"Selain itu mereka mempunyai kemahiran kritikal, mampu menilai apa yang mereka baca dan sejauh mana keperluan bagi kehidupan mereka. Ini yang paling dasar," ujar Maszlee.
Karena itu bagi pelajar sekolah dasar, ujar Maszlee, diutamakan membaca literasi dan berpikir secara keilmuan. Hal ini bertujuan guna mengasah kemampuan mereka menyelesaikan berbagai permasalahan dengan ilmu pengetahuan.
"Jadi dari awal kita ingin membangun pola pikir atau mental kelimuan," ucap Maszlee.
Pakai Kecerdasan Buatan
Maszlee mengatakan berencana menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk membantu proses penjurusan atau peminatan pelajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut dia hal itu dilakukan guna mempermudah pelajar mengenali dan mengembangkan potensi diri mereka untuk bisa bersaing dengan orang lain di dunia.
"Berdasarkan ini ketika mereka dihadapkan untuk mengambil jurusan ada informasi awal hingga penghujungnya bisa memberitahu bidang mana yang paling cocok. Ini akan diberlakukan satu tahun lagi," ujar Maszlee.
Maszlee mengatakan penggunaan teknologi itu dilakukan guna menghindari kekeliruan memilih penjurusan bagi setiap pelajar. Sebab menurut dia selama ini hal itu kerap terjadi.
Di sisi lain, hal ini juga bisa menjadikan panduan bagi orang tua untuk bersikap lebih bijak dan tidak memaksakan kehendak mereka demi perkembangan anak-anaknya di kemudian hari. (ayp)
No comments:
Post a Comment