Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman, Angela Markel, menjadi penengah dalam pertemuan itu. Mereka fokus membicarakan masa depan perjanjian damai Rusia-Ukraina yang diteken pada 2015 lalu di Minsk.
"Ada beberapa perbedaan pendapat, terutama terkait kerangka waktu dan langkah-langkah selanjutnya. Kami terlibat diskusi yang sangat panjang terkait ini dalam pertemuan tadi," ucap Macron usai pertemuan berlangsung di Istana Elysee.
Sementara itu, Putin menegaskan bahwa tidak ada jalan alternatif selain melaksanakan perjanjian 2015 lalu.
Merujuk pada perjanjian itu, Putin menekankan Ukraina harus segera mengesahkan undang-undang yang memberikan otonomi luas kepada daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di timur Ukraina.
Rusia disebut mendukung para pemberontak dan separatis di wilayah timur Ukraina.
Putin juga menegaskan agar Ukraina segera mengampuni para pemberontak. Dalam pertemuan itu, Putin dan Zelensky juga sepakat melanjutkan pertukaran tahanan.
Ukraina dan Rusia memang telah beberapa kali melakukan pertukaran tahanan.
Rusia-Ukraina juga setuju untuk menerapkan kembali gencatan senjata, menarik pasukan secara bertahap, membersihkan ranjau, hingga menghancurkan benteng di wilayah timur Ukraina.
Zelensky mengaku bahwa gencatan senjata sudah beberapa kali diterapkan dengan hasil yang nihil. Namun, ia percaya kesepakatan gencatan senjata kali ini bisa berhasil.
Meski pertemuan kedua belah pihak berhasil menghidupkan kembali proses damai, Putin dan Zelensky tidak membahas isu utama dari konflik pemberontak di wilayah timur Ukraina, yakni otonomi dan kendali perbatasan. (rds/ayp)
No comments:
Post a Comment