REPUBLIKA.CO.ID, oleh Ani Nursalikah*
Mungkin Anda tersenyum atau bahkan mengernyitkan dahi saat membaca judul di atas. Pertanyaan itu mungkin terdengar lucu. Mana mungkin manusia makan plastik?
Hmmm.. coba pikirkan lagi. Jangan bayangkan Anda menelan bulat-bulat kantong kresek ya.
Plastik digunakan secara luas dalam kehidupan manusia. Dari benda yang bisa kita lihat hingga plastik yang tak 'kasat mata'.
Seorang ahli toksikologi lingkungan Mark Browne dari University of New South Wales di Sydney pernah meneliti sampel darah kering dari seekor remis biru. Remis adalah sekelompok kerang-kerangan kecil yang hidup di dasar perairan.
Dari lensa mikroskop khusus, kecurigaannya terbukti. Seperti dilansir di Scientific American, saat citra tiga dimensi sel darah remis tersebut muncul, di situlah tepat di tengahnya terdapat butiran plastik.
Riset yang dialami Browne menggambarkan cakupan masalah sampah jauh lebih luas dari sampah yang kita lihat. Itulah masalah yang kita sebut mikroplastik. Penelitian Browne menjadi salah satu penelitian pertama yang menunjukkan betapa berbahayanya mikroplastik.
Mikroplastik adalah serpihan kecil plastik yang telah terdegradasi, serat sintetis, dan manik (butiran) plastik. Mikroplastik nyaris tidak terlihat oleh mata manusia. Mikroplastik mencemari setiap sudut bumi, mulai dari persawahan hingga laut.
Ukuran mikroplastik sangat kecil. Ukurannya beragam, mulai dari sekitar lima milimeter, seukuran sebutir beras hingga mikroskopik. Sayangnya, hal ini berarti mikroplastik bisa dicerna berbagai makhluk hidup: dari plankton di dasar rantai makanan hingga manusia. Boldsky melaporkan sekitar 114 spesies kehidupan laut terkontaminasi oleh mikroplastik.
Laporan telah mengungkapkan, setiap tahun, lima hingga 14 juta ton limbah dibuang ke lautan yang kemudian dipecah menjadi bagian-bagian kecil seiring waktu dan pada akhirnya dikonsumsi oleh ikan, bivalvia, plankton dan bahkan mamalia seperti paus. Setiap tahun, jumlah plastik yang digunakan terus mengalami peningkatan dan sekarang telah menjadi bagian dari makanan yang kita konsumsi.
Terlepas dari penguraian plastik secara bertahap, mikroplastik ditemukan dalam pengelupasan kulit dan tabung pasta gigi dalam bentuk microbeads. Mikroplastik memasuki lingkungan melalui hal-hal yang kita gunakan setiap hari.
Ketergantungan yang berlebihan dari dunia pada plastik berdampak buruk terhadap kerusakan lingkungan. Berbagai penelitian yang dilakukan pada produksi plastik mikro menegaskan serat mikroskopis dihasilkan ketika Anda mencuci bahan sintetis seperti poliester atau nilon.
Penggunaan plastik memang sudah menjadi kebiasaan yang sulit dipisahkan dalam kehidupan kita. Bahkan, mikroplastik bisa tercipta tanpa kita sadari. Produksi mikroplastik yang disengaja dan tidak disengaja menghasilkan akumulasi serat bahkan dalam debu.
Bagi kalian yang gemar memakai scrub, coba tengok komposisi bahan di dalam lulur tubuh atau facial scrub yang biasa Anda pakai. Jika Anda menemukan kata polyethylene atau polypropylene, itu artinya produk scrub yang Anda pakai mengandung microbeads yang terbuat dari plastik.
Pernahkah membayangkan kemana larinya butiran-butiran plastik itu? Microbeads yang Anda bilas akan lari ke laut dan lama-kelamaan menumpuk. Microbeads lantas dimakan plankton dan hewan laut lainnya.
Manusia yang mengonsumsinya pun akhirnya terkontaminasi plastik. Sebuah pemberitaan The Guardian tahun lalu menyebut mikroplastik untuk pertama kalinya ditemukan di dalam kotoran manusia. Penemuan ini mengindikasikan partikel mikro tersebut mungkin telah menyebar luas dalam rantai makanan manusia.
Studi skala kecil itu melibatkan delapan partisipan dari Eropa, Jepang, dan Rusia. Dalam seluruh sampel tinja mereka ditemukan partikel mikroplastik.
Sedikitnya ada sembilan plastik berbeda yang ditemukan dari 10 variasi yang diuji. Partikel plastik juga bervariasi antara 50-500 mikrometer. Polypropylene dan polyethylene terephthalate adalah jenis plastik yang jamak ditemukan.
Bahkan, berdasarkan studi ini, peneliti memperkirakan lebih dari setengah populasi dunia kemungkinan memiliki mikroplastik dalam kotoran mereka. Namun, mereka menekankan perlunya penelitian skala besar untuk mengonfirmasinya.
Cara paling langsung mikroplastik dapat memasuki tubuh Anda adalah melalui garam laut. Sebuah studi dilakukan untuk menganalisis tingkat mikroplastik dalam garam laut dengan membandingkan 15 merek berbeda. Dipastikan per kilogram garam terdapat 600 partikel mikroplastik yang terkandung di dalamnya.
Penggunaan plastik dalam kehidupan modern memang sudah mendarah daging. Jutaan botol plastik diproduksi setiap menit. Jumlahnya diprediksi naik 20 persen pada 2021.
Namun, tidak ada salahnya gerakan mengurangi penggunaan plastik kita mulai dari diri sendiri. Rasanya sebagai manusia tidak mungkin ya bisa 100 persen menjadi zero waster.
Membawa kantong belanja sendiri, membawa botol minum sendiri, dan membawa kotak makan saat membeli makanan favorit menjadi tindakan sederhana yang berdampak positif bagi bumi. Terdengar klise, tapi bermanfaat besar.
Jadi, pertanyaannya bukan apakah Anda makan plastik, tapi sudahkah mengurangi penggunaan plastik hari ini?
*) Penulis adalah redaktur republika.co.id
Baca Di sini Bro https://republika.co.id/berita/kolom/fokus/19/02/13/pmu2zb318-apakah-anda-makan-plastik